
11 Mei 2021 oleh Irwan Sofyan, S.Pd
Guru sebagai aktor utama proses pedagogik senantiasa perlu meningkatkan kompetensinya guna melaksanakan proses pembelajaran yang menarik yang dapat melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran. Terlebih lagi dalam era revolusi 4.0 saat ini, guru harus selalu update terhadap informasi yang demikian cepat terbagi melalui media online. Guru harus mampu memahami kebutuhan belajar siswa dan memanfaatkan alat dan sumber belajar yang tepat sehingga bisa menarik minat belajar siswa.
Oleh karena itu, guru harus meningkatkan kompetensi pedagogik agar dapat membantu siswa belajar dalam suasana nyaman dan tertib, menciptakan ruang kelas yang kondusif, serta menerapkan teknik/metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Perkembangan informasi dan tehnologi dalam era revolusi industri 4.0 kian pesat, tak dapat di hindari dan menjadi bagian yang sangat penting dari Pendidikan dan pembelajaran. Guru sebagai garda terdepan dunia Pendidikan, jangan gaptek (gagap tehnologi), tapi harus melek tehnologi, karena ini merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari, bahwa penggunaan tehnologi merupakan sebuah kebutuhan mutlak. Pembelajaran di era ini, sudah tidak dibatas oleh ruang dan waktu, di mana pun, kapan pun, dengan siapa pun, baik indoor atau outdoor, dan pembelajaran menjadi fun end easy
Namun demikian, secanggih apapun tehnologi, itu hanya sarana penunjang bagi keberhasilan sebuah Pendidikan. Unsur mutlak yang harus, ada dalam diri seorang pendidik atau seorang guru, sudah baku di dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No 14 tahun 2005, yang tentunya bukan hal baru bagi seorang pendidik.
Empat Kompetensi Guru :
1. Kompetensi Pedagogik,
2. Kompetensi Kepribadian,
3. Kompetensi Sosial,
4. Kompetensi Profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”
Artinya dari ke empat Kompetensi Guru dalam pembelajaran saat ini, adalah guru harus mampu membimbing dengan hati yang dibutuhkan oleh anak-anak generasi Z dan Alpha, di era Revolusi Industri 4.0. Untuk mewujudkan siswa yang berkarakter di zaman millennial ini.
Guru harus mampu membuat peserta didik tertarik pada proses pembelajaran, karena setiap peserta didik merasakan keberhasilan, dengan keunikan dan karakternya masing-masing. Dalam sebuah pembelajaran, untuk menuju keberhasilan tentunya perlu suatu proses, mencari pola pembelajaran yang tepat dalam menghadapi generasi saat ini. Hal-hal yang tidak sesuai pola pembelajaran pada zaman milenial, untuk generasi Z dan generasi Alpha, di era Revolusi Industri 4.0, antara lain:
1. Perlakuan dengan menghukum.
Seperti Guru: Dengan marah-marah menghardik, menunjuk-nunjuk, menyakiti, menyindir, sampai dengan kekerasan fisik maupun psikologis.
Dampak yang akan ditimbulkan pada siswa: Mereka akan mengulangi kesalahan, membentuk karakter: pemberontak dan pembohong.
2. Sistem mengajar dengan pola sering menyalahkan siswa.
Maka hasilnya, siswa akan menyembunyikan, menyangkal dan sering berbohong
Dampak yang ditimbulkan pada siswa: Merasa rendah diri, terkadang lebih berbahaya daripada menghukum.
3. Merayu sebagai teman
Cara ini, menghasilkan siswa yang ketergantungan
Dampak pada siswa: Lemah, tidak mandiri, menjadi pribadi yang bergantung (melakukan yang baik kalau dipuji, mental farisi-isme).
4. Sebagai Teman
Hasilnya: siswa menyesuaikan diri, hanya kalau diperhatikan atau diawasi
Dampak yang terjadi pada siswa: Menitikberatkan pada apa akibat atau hadiah untuk dirinya. Terbentuk mentalitas “taat ketika diawasi”
Pendidikan atau pola mendidik, seperti apa yang harus diterapkan, yang sesuai dengan mental anak-anak generasi Z dan Alpha ini, yaitu antara lain:
Guru: Mengajak anak dialog, mencari akar masalahnya
Hasilnya: siswa belajar memahami masalah, menemukan solusi atas masalahnya. Siswa berpikir: “Bagaimana caranya saya bisa memperbaiki keadaan…”
Dampak pada siswa tentunya sangat positif yaitu, bertanggungjawab dan latihan untuk menjadi lebih dewasa (berkembang).
Bagaimana cara mendidik bila anak melakukan kesalahan, yaitu:
1. Tegas dan mengajak anak sadar apa yang seharusnya dilakukan.
2. Konsisten mengajarkan anak bagaimana cara melakukannya.
3. Mengapresiasi anak ketika telah melakukannya.
Jadi seorang Pendidik yang mempunyai hati selalu mampu melihat “potensi” yang pantas diapresiasi dalam diri setiap peserta didiknya. Untuk memahami itu semua, guru harus terus mengasah dan melatih kemampuan pedagoginya, di samping ke tiga unsur pokok yang harus di kuasanya.
Apapun itu, guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa dan karakter bangsa melalui pengembangan kepribadian, dan nilai-nilai yang diinginkan, sesuai perkembangan zaman.
Dari dimensi tersebut peranan guru sulit digantikan oleh yang lain, peranan guru di dalam masyarakat tetap dominan, sekalipun teknologi berkembang sangat cepat, apalagi saat ini pendidikan menuju transformasi di era industri 4.0.
Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses Pendidikan, atau lebih khusus proses pembelajaran yang diperankan oleh guru, dan tidak dapat digantikan oleh teknologi, khususnya dalam pembentukan karakter bangsa. Peranan guru pada zaman dahulu dan zaman sekarang tentunya sudah sangat berbeda karena terjadinya transformasi fungsi, peranan dan juga kebutuhan.